Adab-Adab Utama Saat Terjadi Bencana

Pengetahuan_ Bencana alam gempa, banjir, angin topan, dan semisalnya, datang secara tiba-tiba. Tentu hal ini membuat panik orang yang mengalaminya. Yang terpikir hanya menyelamatkan diri dan keluarga, bagaimanapun caranya.

Baca Juga:

Pengumuman dan Pensyaratan Bimbingan Teknis PPIH Arab Saudi 1444 H/2023 M

Meskipun demikian, sebagai seorang Muslim dalam kondisi apapun tentu hendaknya tetap dapat mengambil sikap terbaik dan penuh adab Islami. Demikian pula dalam kondisi bencana yang datang mendadak. Lalu apakah adab-adab utama saat terjadi bencana menurut Islam? Berikut ini diantara adab-adab utama saat bencana melanda:

1. Menyelamatkan Diri

Baca Juga:

Kumpulan Perangkat Administrasi Asesmen Madrasah Tahun 2023

Saat terjadi bencana, hukum menyelamatkan diri menurut Imam Al-Ghazali (Kitab Ihya' Ulumuddin Juz 6 Hal. 300) terperinci sebagai berikut:

  • Jika diduga atau diyakini tidak akan selamat ketika bertahan di tempat bencana maka wajib hukumnya menyelamatkan diri.
  • Jika hanya sebatas praduga dirinya tidak akan selamat, maka tidak ada kewajiban baginya untuk menyelamatkan diri.
Menurut Syaikh Izzuddin Ibn Abdissalam (577-660 H/1181-1262 M) pakar fiqih Syafi'i asal Damaskus, upaya penyelamatan jiwa harus diprioritaskan daripada pelaksanaan sholat, sebab menyelamatkan jiwa lebih utama daripada sholat, dan sebenarnya keduanya dapat tercapai dengan menyelamatkan jiwa terlebih dahulu kemudian baru melakukan sholat meskipun qadha. Sebab tidak diragukan lagi bahwa kemaslahatan sholat tepat waktu tidak lebih unggul, bahkan tidak bisa dianggap selevel dengan kemaslahatan penyelamatan jiwa seseorang.

Baca Juga:

2. Bersabar

Musibah apapun yang terjadi adalah kehendak Allah, maka hendaknya manusia menerimanya dengan ikhlas dan sabar. Bila seseorang bersabar, derajatnya akan dinaikkan oleh Allah SWT, namun jika sebaliknya, maka murka Allah yang didapat. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: "Sesungguhnya besarnya balasan sesuai dengan besarnya ujian, Sesungguhnya ketika Allah mencintai suatu kaum, Allah akan mengujinya. Barang siapa yang menerimanya dengan kerelaan maka ia akan mendapatkan ridho Allah dan barang siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan murka Allah". (HR. At-Tirmidzi)

3. Berdzikir Istirja'

Salah satu yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya saat terkena bencana adalah dengan membaca kalimat istirja' atau ucapan: Innalillahi wainna ilaihi rojiun, yang artinya: "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali".
Allah menegaskan bahwa orang yang bersabar dan membaca istirja' saat terkena musibah adalah orang-orang yang beruntung, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah dalam Qur'an Surat Al-Baqoroh Ayat 155-156, yang artinya: "Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun". (Al-Baqoroh: 155-156).

Baca Juga:

4. Merendahkan Diri Kepada Allah Dengan Berdoa

Hendaknya berdoa untuk keselamatan dan kebaikan sesuai dengan bencana yang terjadi, berdasarkan hadits:

كان النبي صلى الله عليه وسلم اذا عصفت الريح قال: اللهم انى أسألك خيرها وخيرما فيها وخيرما أرسلت به وأعوذبك من شرها وشرما فيها وشرما أرسلت به. (رواه مسلم)

"Nabi SAW ketika ada angin bertiup sangat kencang beliau berdoa: "Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu kebaikan angin, kebaikan apa yang ada didalamnya dan kebaikan apa yang dikirimkan dengannya; dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, dari keburukan apa yang ada didalamnya dan keburukan apa yang dikirimkan dengannya". (HR. Muslim)

5. Melakukan Sholat Sunnah

Bila memungkinkan, hendaknya melakukan sholat sunnah mutlak dua rakaat secara sendirian, sebagaimana ditegaskan oleh Syekh Ibn Al-Muqri (755-837 H/1354-1433 M) pakar fiqih Syafi'i asal Yaman yang dikutip oleh Syekh Nawawi Al-Bantani, yang artinya: "Disunnahkan bagi setiap orang untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa dan semisalnya, ketika terjadi gempa bumi dan semisalnya, seperti petir, angin yang dasyat dan gerhana; dan disunnahkan juga untuk sholat (sunnah) di rumahnya secara sendirian sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Muqri, agar tidak lalai, berdasarkan hadist bahwa Nabi SAW ketika ada angin bertiup sangat kencang beliau berdo'a: "Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu kebaikan angin....".

Baca Juga:

6. Bencana Alam Untuk Intropeksi Diri, Bukan Menjustifikasi Kesalahan Orang Lain

Ada banyak anggapan bahwa bencana alam diakibatkan oleh perilaku orang lain. Mereka mengaitkan bencana misalkan karena rezim pemerintahan yang zhalim. Perlu diluruskan bahwa tidak setiap bencana merupakan bentuk adzab, bahkan bisa jadi merupakan cobaan bagi orang mukmin untuk meninggikan derajatnya.
Bagi kaum beriman, bencana yang melanda negara kita, hendaknya menjadi bahan intropeksi diri akan kesalahan-kesalahan kita. Mungkin, kita masih banyak melakukan kemaksiatan. Mungkin kita masih sering menyakiti orang lain, masih sering melalaikan kewajiban-kewajiban.

7. Bertaubat

Taubat merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim yang pernah melakukan dosa. Dalam kondisi bencana taubat bisa menghilangkan dan mengangkat musibah yang diturunkan Allah kepada hambanya. Sebagaimana doa Sayyidina Abbas ketika terjadi musibah.
أَللهُمَّ اِنَّهُ لَمْ يَنْزِلْ بَلَاءٌ مِنَ السَّمَاءِ اِلَّا بِذَنْبٍ وَلَمْ يُكْشَفْ اِلَّا بِتَوْبَةٍ

"Ya Allah, sesungguhnya bal' tidak akan turun dari langit melainkan sebab dosa. Dan dosa tidak bisa dihilangkan melainkan dengan bertaubat".

Baca Juga:

8. Anjuran Membantu Korban Bencana Alam

Ketika bencana terjadi dan meninggalkan kerusakan, seperti yang melanda di sebagian tanah air kita, sebagai seorang manusia sudah sepantasnya kita ikut merasakan iba terhadap mereka. Dalam hal ini Allah SWT telah memerintahkan kita untuk saling membantu dalam firmannya, yang artinya:
"Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya". (QS. Al-Maidah: 2)
Selain bantuan berupa materi, Islam juga memerintahkan untuk memberi bantuan moral terhadap orang yang terkena musibah. Bantuan moral ini terealisasi dengan memberi motifasi terhadap korban untuk bersabar dan kuat dalam menjalani kenyataan yang ada. Syekh Abu Said Al-Khodimy Al-Hanafy dalam kitab Al-Bariqah Al-Mahmudiyah, Juz IV menuturkan: "Ketika tetangga terkena musibah maka bertakziyahlah padanya, yakni memotifasi untuk bersabar dan mendoakannya kebaikan".

Baca Juga:


Sumber: Fikih Kebencanaan, Tim PW LBM NU Jawa Timur

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UU NOMOR 16 TAHUN 2019 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Contoh SK Panitia Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2020

SK DIRJEN BIMAS NO 473 TAHUN 2020 TENTANG JUKNIS PENCATATAN PERNIKAHAN